Minggu, 02 Maret 2008

Bahayanya Media & Sarana Porno

Bahayanya Media & Sarana Porno

Oleh : Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” [QS. An Nur : 19].Segala puji hanya milik Allah semata, dan sholawat dan salam atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya dan para sahabanya, dan selanjutnya :
Sesungguhnya kaum muslimin dewasa ini telah ditimpa oleh cobaan yang besar. Musibah-musibah telah mengepung mereka dari segala penjuru. Kebanyakan kaum muslimin pun telah terjerumus di dalammya. Kemungkaran di mana-mana dan manusia pun telah terang-terangan berbuat maksiat tanpa ada rasa takut dan malu. Sebabnya adalah : sikap remeh terhadap agama Allah dan tidak adanya pengagungan terhadap hukum dan ajaran-Nya serta lalainya kebanyakan dari orang-orang yang sholeh untuk menegakkan syari’at Allah dan amar makruf dan nahi mungkar. Sesungguhnya tiada solusi bagi kaum muslimin dari bencana dan musibah ini kecuali dengan taubat yang benar kepada Allah Ta’ala dan mengagungi segala perintah dan larangannya. Mencegah tangan-tangan yang jahil dan memberikan sanksi kepada mereka.

Sesungguhnya musibah yang terbesar yang tampak pada dewasa ini adalah apa yang dinamakan dengan pornografi dan agen-agen kekejian serta penyebar kemungkaran di kalangan kaum mukminin. Dengan menerbitkan media-media keji, gambar porno, adegan film porno yang menentang Allah dan Rasul-Nya pada perintah dan larangan-Nya. halaman-halamannya gambar-gambar telanjang dan wajah-wajah yang menggoda yang membangkitkan nafsu syahwat, dan mengajak kepada kerusakkan. Telah dibuktikan dengan penelitian yang dalam bahwa semua ini, baik via majalah, internet, dan lainnya ini mencakup metode-metode yang banyak dalam mengiklankan kejahatan dan maksiat serta membangkitkan nafsu syhwat dan pelampiasannya pada apa-apa yang yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang tercantum dibawah ini :

[1] Gambar-gambar seksi di majalah dan di dalamnya, termasuk video porno yang meraja lela di tengah masyarakat kemudian disebar luaskan.

[2] Wanita-wanita dengan seluruh perhiasaannya yang mengoda dan menggairahkan.
[3] Ucapan-ucapan yang kotor, untaian puisi dan kalimat yang jauh dari etika malu dan kemuliaan yang menghancurkan akhlak dan merusak umat. ucapan yang bernada porno.

[4] Cerita-cerita roman yang keji, dan berita-berita artis dan aktor, penari laki-laki dan wanita dari kalangan orang-orang yang suka berbuat maksiat.
[5] Dalam media ini terdapat seruan yang terang-terangan untuk mempertontonkan kecantikan kepada orang lain, bersolek dan bercampurbaurnya antara laki-laki dan wanita serta pengoyakkan hijab.

[6] Pameran busana-busana seksi yang menutup tapi hakikatnya telanjang kepada kaum wanita mukminin untuk mengajak mereka kepada telanjang dan buka-bukaan serta menyerupai para pelacur dan pelaku maksiat.

[7] Dalam ini terdapat rangkulan, pelukan dan ciuman antara laki-laki dan wanita.
[8] Di dalamnya terdapat perkataan-perkataan yang bergejolak yang membangkitkan nafsu seksual yang mati pada jiwa para pemuda dan pemudi, sehingga mendorong mereka dengan segala kekuatan untuk menempuh jalan kesesatan, melenceng dan jatuh di dalam perzinahan, perbuatan dosa, pacaran dan cinta yang menggebu-gebu.

Entah berapa media yang beracun ini disenangi oleh para pemuda dan pemudi, sehingga mereka binasa karenanya dan keluar dari batas-batas kefitrahan dan agama.

Dan sungguh media ini telah merubah hukum-hukum agama dan dasar-dasar kefitrahan yang lurus pada pemikiran kebanyakan manusia disebabkan oleh tulisan-tulisan dan pemikiran-pemikiran yang disebarkannya.
Kebanyakan manusia telah berani melakukan maksiat, dosa-dosa besar (zina), dan melampaui hukum-hukum Allah disebabkan oleh kecenderungan kepada media-media ini dan pengusaannya terhadap akal dan pemikiran mereka.

Walhasil : sesungguhnya media-media ini pokok dasarnya adalah perdagangan terhadap tubuh wanita yang dibantu oleh syaitan dengan segala faktor yang memikat dan segala sarana yang menggoda dengan tujuan menyebarkan ajaran ibahiyah (menghalalkan seluruh yang haram), merobek-robek kehormatan, dan merusak para wanita kaum mukminin, dan merubah masyarakat islami menjadi perkumpulan binatang (kumpul kebo) yang tidak mengenal ma’ruf (kebaikan) dan tidak mengingkari kemungkaran, dan tidak menegakkan syari’at Allah yang suci sedikitpun, bahkan kepala pun tidak diangkat terhadap ajaran ini. Seperti kondisi kebanyakan masyarakat, bahkan perkaranya sampai kepada bersenang-senang dua jenis insan (laki-laki dan wanita) dengan cara telanjang bulat, yang mereka namakan “ kota telanjang “, semoga Allah melindungi kita dari fitrah yang terbalik dan keterjerumusan di dalam apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Inilah … dan berdasarkan kepada yang telah disebutkan di atas, tentang realita majalah-majalah ini dan dampak-dampaknya serta tujuannya yang keji dan karena banyaknya berita yang datang ke meja Lembaga ini dari kalangan orang-orang yang mempunyai ghairah (kecemburuan) terhadap agama dari kalangan ulama dan penuntut ilmu serta seluruh kaum muslimin tentang bersebarnya penayangan majalah-majalah ini di toko-toko buku dan supermarkat serta tempat-tempat perdagangan, maka sesungguhnya :Seorang muslim wajib memejamkan matanya dari melihat gambar dan tayangan yang merusak itu demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan demi menjauhi bencana dan tempat-tempatnya. Kepada seseorang janganlah mendakwakan terhadap dirinya terjaga dari dosa sungguh Rasulullah memberitahukan bahwa “Sesungguhnya syaitan itu mengalir di tubuh anak adam seperti mengalirnya darah”.

Imam Ahmad –rahimahullah- berkata :” Entah berapakah suatu pandangan yang menimbulkan bencana di hati orang yang melihat itu”.

Maka barang siapa yang tergantung dengan apa yang terdapat di dalam media itu dari gambar-gambar dan yang lainnya telah merusak hatinya dan kehidupannya serta memalingkannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Karena, baiknya hati dan kehidupannya hanya disebabkan oleh ketergantungan dengan Allah dan mengibadatinya, lezatnya bermunajah kepadanya dan ikhlas serta penuhnya kecintaannya kepada Allah.Barang siapa yang dipilih Allah menjadi pemimpin di negeri Islam manapun wajib memberikan nasehat kepada kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari kerusakan dan pelakunya dan menjauhkan mereka dari segala yang membahayakan mereka di dalam agama dan dunia mereka. Di antaranya melarang media yang merusak ini untuk disebar dan jual-belikan. Dan menahan kerusakannya dari mereka. tindakan ini merupakan menolong Allah dan agama-Nya. Dan merupakan sebab kemenangan dan keberhasilan dan menguasai bumi sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [Al Hajj : 40-41]

[Keterangan Dari Lembaga tetap Kajian Ilmiyah dan Fatwa]

Da’i Artis atau Artis Da’i ?

Da’i Artis atau Artis Da’i ?

Oleh: Ustadz Abu Umar Basyir

Ditulis oleh Administrator elfata

Sebenarnya, kita tidak punya dalil secuil pun untuk mengatakan bahwa seorang artis tak boleh menjadi da’i. Justru setiap muslim dan muslimah, siapa pun dia, wajib meleburkan diri dalam tugas dakwah. Setiap kita wajib mengajak ke jalan Allah, biarpun ia seorang artis. Namun persoalannya, layakkah seseorang berdakwah, dan ia tetap memilih untuk menjadi artis? Memang, akan tergantung pada definisi apa yang disebut sebagai artis. Tapi mengacu pada komentar seorang produser film tanah air saat menyanggah pandangan AA Gim, yang menentang (mengkhawatirkan) kemunculan film Buruan Cium Gue, “Kalau dasar ajaran agama yang dijadikan pegangan, sebenarnya di Indonesia ini tidak ada filem yang halal…” maka mudah pula kita memahami apa arti artis, dalam pengertian yang umum dalam budaya masyarakat moderen kita.

Kewajiban Berdakwah

Kata dakwah, diambil dari da’wah yang memiliki arti mengajak atau memanggil. Da’wah ilallah, artinya adalah mengajak ke jalan Allah.
Da’i adalah subjek dari dakwah. Artinya, orang yang melakukan aktivitas dakwah. Dalam bahasa aplikatifnya, orang yang mengajak umat manusia menuju jalan Allah, melalui berbagai cara yang diajarkan syariat.

Amar ma’ruf nahi mungkar bisa berarti harfiyyah: memerintahkan perbuatan baik, mencegah perbuatan mungkar. Dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bila dakwah merupakan totalitas dari setiap ucapan dan perbuatan yang bernilai ajakan menuju jalan Allah, maka amar ma’ruf nahi mungkar adalah salah satu perwujudannya yang paling praktis. Setiap amar ma’ruf nahi munkar adalah dakwah, tapi tidak setiap dakwah itu amar ma’ruf nahi munkar.

Banyak ulama menjelaskan, bahwa dakwah dalam arti sejatinya hanya dapat dilakukan oleh para ulama. Yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam hanyalah amar ma’ruf nahi munkar, yang dalam makna mikronya bisa juga disebut dakwah.

Meski dapat dilakukan orang awam, tetap saja amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan secara benar.

Ibnu Taimiyyah menegaskan,

Hendaknya amar ma’ruf yang kalian lakukan betul-betul dilakukan dengan ma’ruf, dan jangan sampai nahi munkar yang kalian lakukan justru menjadi kemunkaran . Amar Ma’ruuf Nahi Munkar oleh Ibnu Taimiyyah hal. 39

Kita juga tahu sebuah hadits yang amat populer, yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, yang berbunyi,

Masing-masing kalian adalah penanggungjawab. Dan masing-masing akan bertanggungjawab atas apa yang menjadi tanggungjawabnya.

Maka, kita pun sadar bahwa dakwah itu adalah kewajiban kita bersama. Terlepas dari profesi apa yang kita geluti, di manapun kita berada, dalam masyarakat apapun kita hidup, kita tetap wajib berdakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita. Setiap ajaran Islam yang sudah kita amalkan, seperti shalat, wajib kita dakwahkan kepada orang lain yang belum melaksanakannya, atau kurang menyadari akan tingkat kewajibannya.

Dakwah dan Profesi

Yang menjadi persoalan, sekarang ini sudah demikian tipis garis pembeda antara dakwah dengan profesi. Karena di manapun ruang dakwah dibangun, dan kegiatan dakwah digelar, selalu saja ada kesempatan untuk mencari uang. Di luar soal kontroversi apakah seorang juru dakwah boleh mengambil upah dari dakwah yang dia sampaikan dalam bentuk buku, ceramah, vcd dan sejenisnya, dan kalaupun kita sepakat bahwa dalam batas-batas tertentu itu diperbolehkan, jelas, kehadiran fulus di berbagai lini dakwah, semakin memperluas ruang untuk menipisnya nilai-nilai keikhlasan. Kesimpulan ini mungkin mudah dibantah secara logika atau pendalilan, tapi akan sangat sulit dibantah dengan catatan realitas dalam dunia dakwah. Ibarat bahaya kebanyakan makan cabai, bisa dibantah secara teori, tapi realitas banyaknya orang sakit perut karena kebanyakan makan cabai, akhirnya akan menghentikan perdebatan itu.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan,

Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seyogyanya dia cari untuk mengharap dapat melihat wajah Allah, namun ia justru mencarinya untuk mengejar sebagian kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan ‘arf atau baunya Surga di Hari Kiamat nanti. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (3667), dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (II : 412).

Ini sungguh merupakan peringatan yang hebat, yang mungkin akhir-akhir ini semakin jelas makna dan kandungannya, setelah berbagai realitas membantu menggambarkannya. Betapa banyak orang yang mendalami ilmu, hanya untuk mengejar gelar akademis, titel, untuk kemudian pengakuan publik, dan ujung-ujungnya mudah mencari fulus, atau yang dekat-dekat ke arah itu.

Di luar soal halal atau haramnya mengais duit dari ilmu-ilmu akhirat, realitas seringkali membuktikan, bahwa banyak konflik terjadi di dunia dakwah, karena soal uang. Banyak para juru dakwah yang matanya ‘tertutup’ oleh godaan dunia, sehingga hidupnya selalu dipenuhi dengan kesulitan, dan kerepotan habis-habisan mengejar keping demi keping keduniaan.

Barangsiapa yang cita-citanya adalah dunia, pasti segala urusannya akan Allah cerai-beraikan, dan kemiskinan akan selalu terbayang di hadapan matanya. Sementara dunia yang dia dapatkan sebatas yang Allah tetapkan saja. Sedangkan orang yang cita-citanya adalah akhirat, pasti segala urusannya akan Allah lengkapi, dan kekayaan akan selalu terbayang dalam hatinya. Sementara dunia sendiri akan datang kepadanya dengan tertunduk . Dikeluarkan oleh Ibnu Majah (4105). Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (II : 393). Sementara dalam Silsilah Al-Ahaadits Ash-Shahihah (950)

Siapa Tertarik Jadi Da’i?

Di akhir zaman, memang banyak ilmu akhirat yang bisa diuangkan. Maka, wajar bila banyak pihak akhirnya tertarik menjadi da’I, bukan karena dorongan naluri berdakwah dan tuntutan iman, tapi lebih karena peluang mengais rupiah dari ilmu-ilmu akhirat, yang betapapun sederhananya, meski hanya sekadar mampu membaca beberapa potong ayat dan hadits berikut arti-artinya.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa ia pernah bertutur, “Apa yang akan kalian lakukan bila pelbagai bencana menyelimuti kalian? Saat itu, anak-anak bayi beranjak dewasa, dan kaum tua sudah mulai pikun, yang bukan sunnah dijadikan ajaran. Kalau ajaran itu diubah, akan dianggap sebuah kemungkaran.”
Ada seorang lelaki bertanya, “Kapan itu terjadi?” Beliau menjawab,

Yakni bila orang-orang yang menjaga amanah semakin jarang, para pemimpin semakin banyak, sementara ahli fiqih semakin sedikit, qari semakin banyak, namun ilmu dipelajari bukan karena tuntutan agama, bahkan dunia pun dicari dengan ilmu-ilmu akhirat . Diriwayatkan oleh Ad-Daarimi (I : 75-76), dinyatakan shahih oleh Al-Albani dengan sanad Ad-Daarimi dalam Shahih At-Targhieb wat Tarhieb (I : 48). Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf (II : 359), secara mauquf pada Abdullah dengan sanad terputus.

Maka, kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini, “Layakkah seorang artis menjadi da’i?”
Jawabannya akan singkat saja: bukan hanya pantas, tapi harus dan wajib. Namun setelah menjadi da’i, hendaknya ia memikirkan ulang tentang professinya sebagai artis. Dalam blantika dunia hiburan di tanah air, profesi artis sungguh bukan lahan bagus untuk mengembangkan keimanan, tapi justru merusakan sarang-sarang kemaksiatan yang harus dihindari seorang da’i.

Sebab, setelah menjadi juru dakwah, seseorang harus bisa menjadi teladan bagi orang yang dia dakwahi, siapa pun adanya orang tersebut.

Muhammad bin Nauh mengatakan kepada Abu Abillah,

Wahai Abu Abdillah! Allah, Allah, engkau tidaklah sepertiku. Engkau orang yang dijadikan teladan. Banyak umat manusia yang berupaya melihatmu, karena apa yang engkau miliki. Bertakwalah kepada Allah, dan teguhkan dalam perintah-Nya.

Selain itu, saat sudah berada di jalur dakwah, seseorang harus selalu mengembangkan kwalitas ilmunya dengan belajar dari para penuntut ilmu senior atau para ulama yang punya kredibilitas bagus dalam ketaatan kepada Allah.

Adz-Dzahabi pernah berkata,

Kaum As-Salaf dahulu menuntut ilmu, dan karena itu mereka mendapatkan kemuliaan dan menjadi para imam yang patut dijadikan tauladan. Datang pula sebagian di antara mereka untuk menuntut ilmu, dan mereka pun berhasil dan mencapai prestasi hebat. Namun mereka mulai menghisab diri mereka. Ilmu itu berhasil menggiring mereka menuju keikhlasan di tengah perjalanan menuntut ilmu tersebut.

Seperti diungkapkan oleh Mujahid dan ulama lainnya, “Kami menuntut ilmu ini di awali dengan tanpa ambisi besar. Namun kemudian Allah mengaruniai ambisi hebat itu di tengah perjalanan.” Salah seorang di antara mereka juga mengungkapkan, “Kami menuntut ilmu ini untuk selain Allah, tapi ilmu ini hanya ingin diniatkan karena Allah.”

Wallahu A’lam.

sumber :http://majalah-elfata.com/index.php?option=com_content&task=view&id=114&Itemid=1

10. Kiat agar dapat sabar

h1

10. Kiat agar dapat sabar.

dicopy dari :
http://ustadzkholid.wordpress.com/2008/01/08/10-kiat-agar-dapat-sabar/

Januari 8, 2008

Ketika sabar diperintahkan Allah kepada kita semua, maka Diapun adakan sebab-sebab yang membantu dan memudahkan seseorang untuk sabar. Demikian juga tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali membantu dan mengadakan sebab-sebab yang memudahkan dan membantu pelaksanaannya sebagaimana Ia tidak mentaqdirkan adanya penyakit kecuali menetapkan obatnya. Sabar walaupun sulit dan tidak disukai jiwa, apalagi bila disebabkan kelakuan dan tindakan orang lain. Akan tetapi kesabaran harus ada dan diwujudkan. Ada beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam bersabar dengan ketiga jenisnya, diantaranya: 1. mengetahui tabiat kehidupan dunia dan kesulitan dan kesusahan yang ada disana, sebab manusia memang diciptakan berada dalam susah payah, sebagaimana firman Allah: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. 90:4) 2. beriman bahwa dunia seluruhnya adalah milik Allah dan Dia memberinya kepada orang yang Dia sukai dan menahannya dari orang yang disukaiNya juga. 3. mengetahui besarnya balasan dan pahala atas kesabaran tersebut. Diantaranya: a. Mendapatkan pertolongan Allah, sebagaimana firmanNya: Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. 2:249) b. Mendapatkan sholawat, rahmat dan petunjuk Allah, sebagaimana firmanNya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:155-157) c. Sabar adalah kunci kesuksesan seorang hamba, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. 3:200). 4. yakin dan percaya akan mendapatkan pemecahan dan kemudahan sebab Allah telah menjadikan dua kemudahan dalam satu kesulitan sebagai rahmat dariNya. Inilah yang difirmankan Allah: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6) 5. Memohon pertolongan kepada Allah dan berlindung kepadaNya, karena Allah satu-satunya yang dapat memberikan kemudahan dan kesabaran, 6. Beriman kepada ketetapan dan takdir Allah dengan meyakini semuanya yang terjadi sudah merupakan suratan takdir. Sehingga dapat bersabar menghadapi musibah yang ada. 7. Ikhlas dan mengharapkan keridhoan Allah dalam bersabar. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS.Al Ra’d 13:22) 8. Mengetahui kebaikan dan manfaat yang ada dalam perintah dan keburukan yang ada dalam larangan. Ibnul Qayyim menyatakan: Apabila seorang mengetahui kebaikan yang ada pada amalan yang diperintahkan dan akibat buruk dan kejelekan yang ada pada amalan yang dilarang sebagaimana mestinya. Kemudian ditambah dengan tekad kuat dan motivasi tinggi serta harga diri maka insya Allah akan dapat bersabar dan semua kesulitan dan kesusahan menjadi mudah baginya. 9. Menguatkan factor pendukung agama dalam setiap kali menghadapi perintah, larangan dan musibah yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan empat perkara: a. Mengagungkan Allah yang maha mendengar dan meilhat. Seorang yang senantiasa ada di hartinya pengagungan terhadap Allah, tentunya dapat bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Bagaimana Dzat yang maha agung dimaksiati padahal Dia maha melihat dan mendengar? . b. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, sehingga ia melaksanakan perintah dan meninggalkan kemaksiatan karen mencintai Allah. Demikian juga akan bersabar atas ujian kekasihnya. Hal ini disebabkan orang yang mencintai tentu akan menaati kekasihnya dan tidak ingin dimurkai serta dapat menahan diri atas semua ujian yang diberikan kepadanya. c. Menampakkan dan mengingat nikmat dan kebaikan Allah, sebab orang yang mulia tidak akan membalas kebaikan orang lain dengan kejelekan. Oleh karena itu mengingat nikmat dan karunia Allah dapat mencegah seseorang dari bermaksiat karena malu denganNya dan memotivasi melaksanakan perintahNya serta merasa semua musibah yang menimpanya merupakan kebaikan yang Allah karuniakan kepadanya. d. Mengingat kemarahan, kemurkaan dan balasan Allah, karena Allah akan marah bila hambaNya dan bila murka tidak ada seorangpun yang dapat menahan amarahNya. Sehingga dengan melihat sepuluh kiat dari kiat-kiat bersabar dalam tiga jenis kesabaran ini, mudah-mudahan dapat menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang bersabar.

Hindarilah sifat Hasad !!!

h1

Hindarilah sifat Hasad!!!!

di copy dari :
http://ustadzkholid.wordpress.com/2008/01/22/hindarilah-sifat-hasad/#comment-106

Januari 22, 2008

Ujian Allah
Allah memberikan nimmatNya tidak sama pada semua hambaNya, ada yang diberi banyak dan ada yang sedikit. Semua itu untuk menguji para hambaNya dalam kehidupan dunia ini. Ujian ini bagaikan api membersihkan dan memisahkan emas dari campurannya. Sehingga dengan ujian ini dapat terlihat mana yang benar-benar beriman dan yang tidak. Oleh karena itu janga sampai kita kalah dalam ujian tersebut.

Adam vs Iblis.
Karena perbedaan inilah, sering timbul sifat-sifat jelek hamba Allah terhadap yang lainnya. Lihat awal perseteruan Adam dan iblis, ketika Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam disebabkan perasaan hasadnya terhadap Adam. Ia merasa Allah tidak adil dalam perintah tersebut, bagaimana tidak? –menurut Iblis-. Ia yang lebih baik dan pantas dari Adam mendapat kemuliaan tersebut, kok malahan diminta sujud padanya, sampai ia mengatakan:
:”Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. 7:12)
Perseteruan itu ada disebabkan hasad kepada Adam yang telah Allah muliakan. Akibatnya Allah kutuk Iblis dan menjadikannya musuh anak Adam sampai hari kiamat.
Demikian juga permusuhan orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum mukmin dari keimanan, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya:
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:109)

Apa itu Hasad?
Hasad atau dengki adalah sifat seseorang yang tidak suka orang lain lebih darinya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah baik dengan keinginan kenikmatan tersebut hilang darinya atau tidak, bila disertai perasaan ingin menghancurkan milik orang lain maka ini merupakan hasad tingkat tinggi dan paling jelek, seperti hasadnya Iblis kepada Adam.
Sifat hasad ini dapat digambarkan dengan contoh, misalnya tetangga kita memiliki kelebihan harta benda, atau anak atau istri yang cantik jelita atau memiliki kedudukan dan nama baik dimasyarakat, lalu kita iri dan dengki kepadanya, baik berusaha jelek merusaknya ataupun tidak. Sifat hasad ini dapat membuat orang berbuat dzolim kepada tetangganya, bahkan juga ngosipin dan menjelek-jelekkannya didepan orang lain. Tentu ini akan menjadikan suasana bermasarakat yang tidak kondusif dan buruk sekali.

10 Bahaya Hasad
Hasad sangat berbahaya sekali, diantara bahayanya adalah:
1. hasad merupakan sifat orang yahudi yang Allah laknat, sehingga siapa yang memilikinya berarti telah menyerupai mereka. Allah berfirman tentang hal ini:
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS. 4:54)
2. orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Padahal Rasululloh bersabda:
tidak sempurna iman salah seorang kalian sampai cinta untuk saudaranya seperti cinta untuk dirinya. (Muttafaqun Alaihi) bahkan lebih dari itu orang yang hasad sangat bahagia dan senang bila saudaranya celaka dan binasa.
3. Ada dalam sifat hasad ini ketidak sukaan terhadap taqdir yang Allah berikan kepadanya, sebab siapa yang memberikan nikmat kepada orang lain tersebut? Tentu saja Allah. Seakan-akan ia ingin ikut berperan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasa bahwa ia lebih pantas mendapatkan nikmat tersebut dari orang lain.
4. Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu penasaran dan duka serta hatinya terbakar api hasad tersebut.
5. menimbulkan sekap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain
6. Hasad memakan dan melumat kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api memakan dan melumat kayu bakar yang kering. Ini yang dinyatakan Rasululloh dalam sabdanya:
Jauhkanlah (oleh kalian) dengki (hasad) karena ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar (riwayat Abu daud)
7. menyusahkan diri sendiri sebab ia tidak mampu merubah sedikitpun takdir Allah. Allah telah memberikan nikmat pada orang lain dan tidak akan tercegah dan terhalangi oleh ulah orang yang hasad tersebut. Walaupun ia telah berusaha dengan mencurahkan seluruh kesungguhan dan kemampuannya tidak akan mungkin merubah takdir Allah yang sudah ditetapkan. Sehingga semua usahanya hanyalah sia-sia belaka.
8. hasad mencegah pemiliknya dari berbuat amal kebaikan dan kemanfaatan. Hal ini karena ia selalu sibuk dengan memikirkan dan melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan bagaimana cara menghilangkannya.
9. hasad dapat memecah persatuan, kesatuan dan persaudaraan kaum muslimin. Memang demikian, karena itulah Rasululloh bersabda:
Janganlah saling hasad dan berbuat najasy dan janganlah saling bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kalian bersaudara. (riwayat Muslim)
10. hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, apalagi bahagia. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya. Padahal mesti ada orang ;ain yang memiliki kelebihan darinya.
Oleh karena itu, Rasululloh melarang kita melakukan perbuatan hasad ini.
Alangkah mengerikan bahaya dan kerusakan yang timbul dari dengki (hasad) ini. Oleh karena itu marilah kita berusaha menanggalkan dan menghilangkannya dari diri kita.

10 Kiat menghindari dan mencegah sifat Hasad.
Setelah mengetahui bahayanya, tentunya kita harus berusaha menghindari dan manjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Untuk itu perlu melihat kiat-kiat berikut ini:
1. Belajar dan memahami aqidah islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syari’at serta nmengamalkannya. Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Qur’an dan Hadits.
2. memahami dengan benar konsep takdir menurut syari’at Islam, sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rizqi serta yang lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir Allah.
3. meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkanNya. Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya.
4. membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at islam.
5. memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akherat yang kekal abadi, sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. 10:24-25)
6. selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya.
7. selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya, sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia. Rasulullah bersabda:
Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya (Mutafaqun Alaihi).
8. berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik yang mengingatkan dan menasehatinya.
9. selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kedzoliman dan kerusakan yang ditumbulkan hasad tersebut.
10. mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa. Rasululoh bersabda:
mudah-mudahan dengan selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan sifat hasad ini kita semua dimudahkan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.

Jauhilah Tujuh Perkara Yang Membinasakan

Jauhilah Tujuh Perkara Yang Membinasakan

Oleh : Majelis Ta’lim Ahlus Sunnah Wal Jamaah Bontang

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan (membawa kepada kehancuran). Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah tujuh perkara itu?, Beliau berkata: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, membelot (desersi) dalam peperangan, melontarkan tuduhan zina kepada wanita yang terjaga kehormatannya, yang beriman yang tiada menahu dengannya”.(Shahih, dikeluarkan Al Bukhari (2766) dan Muslim (89).

Hadits ini disebutkan oleh Al Imam An Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin pada bab ke 362: yaitu Bab : Kerasnya Pengharaman Sihir.

Penjelasan hadits:

(Jauhilah), maksudnya hindarilah dan ini lebih mengena dari kata “tinggalkanlah” karena larangan untuk mendekati adalah lebih pas (tepat) sebagaimana firman Allah (artinya): dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, yang nampak maupun yang tersembunyi”. (QS. Al An’am : 151)

(Yang membinasakan). Disebut membinasakan karena bisa membinasakan pelakunya di dunia dengan dihukum dan di akherat dengan disiksa. (lihat Fathul Majid Syarah Kitabut tauhid, Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh)

Tujuh perkara yang membinasakan tersebut adalah :

1. Syirik ( menyekutukan Allah ) yaitu menyekutukan Allah dalam beribadah. Dosa besar yang pertama kali disebutkan oleh Rasulullah adalah kesyirikan, karena syirik adalah sikap durhaka kepada Allah yang paling besar. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu mas’ud : “Aku bertanya kepada Nabi : dosa apa yang paling besar disisi Allah? Beliau menjawab: Jika engkau menyekutukan Allah, padahal Dia adalah yang menciptakan kamu”. (Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid).

2.Sihir adalah ungkapan tentang ikatan-ikatan buhul, jampi-jampi (mantra), hembusan-hembusan tukang sihir yang bisa menimbulkan suatu bahaya bagi orang yang disihirnya, diantaranya bisa menghilangkan nyawa, menyakiti, menghilangkan akal, ada yang menyebabkan muncul ikatan yang sangat kuat (seperti pelet, gendam dll) dan ada yang menyebabkan berpalingnya seseorang dari orang yang lain. (Lihat syarah Riyadhus Shalihin oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal. 264 Cet. Darul Atsar).

Abu Muhammad Al Maqdisi berkata dalam kitab Al Kafi: “Sihir adalah jimat-jimat, jampi-jampi, dan buhul-buhul yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Maka sihir itu dapat menjadi sebab menyakiti, menghilangkan nyawa, dan memisahkan antara suami dengan istrinya.”

Allah berfirman (artinya) : “maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang (suami) dengan istrinya”. (QS. Al Baqarah: 102)

Dan firman-Nya (artinya) : “dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul”. (QS Al Falaq :4)

Maksudnya : wanita-wanita tukang sihir yang mengikat sihir-sihirnya dan meniup pada buhul-buhulnya. Seandainya sihir itu tidak memiliki hakekat tentu Allah tidak menyuruh kita untuk kita berlindung kepada-Nya dari pengaruh sihir itu. Bahkan Rasulullah pun pernah tersihir: “Diriwayatkan dari Aisyah , bahwa Nabi pernah terkena sihir, sehingga sihir itu membuatnya seakan-akan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya. Kemudian beliau berkata kepada Aisyah pada suatu hari:”Aku kedatangan dua malaikat, salah satunya duduk di dekat kepalaku dan satunya lagi duduk di dekat kakiku, lalu malaikat itu berkata: sakit apa orang ini? Malaikat yang satunya berkata: “dia tersihir”, malaikat itu berkata: siapa yang menyihirnya? Malaikat yang satunya menjawab :”Labid bin Al A’sham dengan sisir dan rambut dibungkus dengan pelepah kurma lalu dimasukkan ke sumur dzarwan”. (HR. Al Bukhari) Allah berfirman (artinya) : “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang dengan isterinya.(QS. Al Baqarah: 102)

Diantara sihir tersebut ada yang sampai pada (tingkat) kekafiran apabila tukang sihir itu menyampaikan sihirnya melalui bantuan arwah-arwah syaithoniyah, dia bertaqarrub dan mengabdi kepadanya hingga ia mentaati syaithan maka hal ini adalah kekafiran yang tidak diragukan Kalau tidak sampai (pada) tingkat yang demikian maka itu merupakan perbuatan yang menyakiti dan diharamkan termasuk dosa-dosa besar. Ringkasnya; sihir itu termasuk dosa besar dan ada yang menghantarkan kepada kekafiran. Dan hukuman bagi tukang sihir adalah dihukum mati oleh pemerintah, baik sihirnya itu menyebabkan kekufuran atau tidak, berdasarkan hadits Nabi (yang artinya): “Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal (kepalanya dengan pedang). (HSR. Tirmidzi), Lihat Syarah Riyadhus Shalihin 3/266, Fathul Majid Syarah KItabut Tauhid.

Dalam Shahih Al Bukhari: “dari Bajalah bin Abdah, ia berkata: “Umar bin Al Kahttab telah menetapkan perintah yaitu bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun perempuan”. (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid)

3. Membunuh Jiwa yang Allah haramkan; yang diharamkan untuk dibunuh, ada empat macam: Seorang Muslim, Kafir Dzimmi (yang tunduk dibawah kekuasaan muslimin), Kafir Mu’aahad (yang terikat perjanjian) dan kafir Musta’man (yang dilindungi). Mereka tidak boleh dibunuh kecuali dengan sebab/ alasan yang dibenarkan agama. 4.Memakan riba. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 275 – 279 yang artinya:

275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (Al Baqarah : 275 – 279)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “ Allah menjelaskan apabila seseorang tidak meninggalkan riba maka berarti dia telah menyatakan siap diperangi Allah dan rasul-Nya .(Na’udzubillahi)

Allah berfirman (artinya): Maka jika kamu tidak mengerjakan (untuk meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. Al Baqarah : 279)

Jika ia bertaubat maka diharamkan untuk dia mengambil / memakan hasil ribanya. (cukup baginya harta pokok yang dia miliki) Ibnu Daqiqil Ied berkata: “menurut pengalaman yang ada, riba berdampak pada syu’ul khatimah. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari perkara riba”

5.Memakan harta anak yatim yaitu memanfaatkannya secara tidak sah. Allah berfirman: (artinya) “Sesungguhnya orang-orang yang mema-kan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An Nisa’ : 10)

6. Membelot/desersi dalam perang; yaitu mundur dari melawan orang-orang kafir diwaktu peperangan (sedang) berkecamuk, kecuali dengan tujuan yang dibenarkan, sebagaimana firman Allah : (artinya) Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu mundur. Barangsiapa yang mundur di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesung-guhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya”. (QS. Al Anfall : 15 - 16)

7. Melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita mukminah yang terjaga dari dosa zina yang dia tidak tahu menahu dengannya ; yaitu menuduh wanita yang suci dari perbuatan zina dengan tuduhan yang tidak benar. Kita berlindung kepada Allah dari segala dosa besar maupun kecilnya. Wallaahul musta’an.

lihatlah siapa temanmu

Lihatlah, Siapa Temanmu…!

Oleh: Bintu Humron

“Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita. “Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang baik sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersamanya

Wanita adalah bagian dari kehidupan manusia, sehingga dia tak akan pernah lepas dari pola interaksi dengan sesama. Terlebih dominasi perasaan yang melekat pada dirinya, membuat dia butuh teman tempat mengadu, tempat bertukar pikiran dan bermusyawarah. Berbagai problem hidup yang dialami menjadikan dia berfikir, meminta pendapat, saran dan nasehat teman adalah suatu hal yang perlu. Maka teman sangat vital bagi kehidupannya, siapa sih yang tidak butuh teman dalam hidup ini..?.

Namun wanita muslimah adalah wanita yang dipupuk dengan keimanan dan dididik dengan pola interaksi Islami. Maka pandangan Islam dalam memilih teman adalah barometernya, karena dirinya sadar, teman yang baik (shalihah) memiliki pengaruh besar dalam menjaga keistiqomahan agamanya. Selain itu teman shalihah adalah sebenar-benar teman yang akan membawa mashlahat dan manfaat. Maka dalam pergaulannya dia akan memilih teman yang baik dan shalihah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberi nasihat, tidak curang dan menunjukan kebaikan. Karena bergaul dengan wanita-wanita shalihah dan menjadikannya sebagai teman selalu mendatangkan manfaat dan pahala yang besar, juga akan membuka hati untuk menerima kebenaran. maka kebanyakan teman akan jadi teladan bagi temannya yang lain dalam akhlak dan tingkah laku. Seperti ungkapan

“Janganlah kau tanyakan seseorang pada orangnya, tapi tanyakan pada temannya. karena setiap orang mengikuti temannya”.

Bertolak dari sinilah maka wanita muslimah senantiasa dituntut untuk dapat memilih teman, juga lingkungan pergaulan yang tak akan menambah dirinya melainkan ketakwaan dan keluhuran jiwa. Sesungguhnya Rasulullah juga telah menganjurkan untuk memilih teman yang baik (shalihah) dan berhati-hati dari teman yang jelek. Hal ini telah dimisalkan oleh Rasulullah melalui ungkapannya:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)1

Dari petunjuk agamanya, wanita muslimah akan mengetahui bahwa teman itu ada dua macam. Pertama, teman yang shalihah, dia laksana pembawa minyak wangi yang menyebarkan aroma harum dan wewangian. Kedua teman yang jelek laksana peniup api pandai besi, orang yang disisinya akan terkena asap, percikan api atau sesak nafas, karena bau yang tak enak.

Maka alangkah bagusnya nasehat Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata, ” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati-hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “.
Maka pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah orang yang bisa membantumu untuk mencapai apa yang engkau cari. Dan bisa mendekatkan diri pada Rabbmu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.

Maka perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam, ada teman yang bisa memberikan manfaat ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan) dan ada yang bisa memberikan keutamaan. Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan sejati. Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaid halarnan 47-48)

Memang tidak akan pernah lepas dari benak hati wanita muslimah yang benar-benar sadar pada saat memilih teman, bahwa manusia itu seperti barang tambang, ada kualitasnya bagus dan ada yang jelek. Demikian halnya manusia, seperti dijelaskan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam :

” Manusia itu adalah barang tambang seperti emas dan perak, yang paling baik diantara mereka pada zaman jahiliyyah adalah yang paling baik pada zaman Islam jika mereka mengerti. Dan ruh-ruh itu seperti pasukan tentara yang dikerahkan, yang saling kenal akan akrab dan yang tidak dikenal akan dijauhi “ (Riwayat Muslim)

Wanita muslimah yang jujur hanya akan sejalan dengan wanita-wanita shalihah, bertakwa dan berakhlak mulia, sehingga tidak dengan setiap orang dan sembarang orang dia berteman, tetapi dia memilih dan melihat siapa temannya. Walaupun memang, jika kita mencari atau memilih teman yang benar-benar bersih sama sekali dari aib, tentu kita tidak akan mendapatkannya. Namun, seandainya kebaikannya itu lebih banyak daripada sifat jeleknya, itu sudah mencukupi. Maka Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama Ibnu Qudamah AlMaqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman: “Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita. Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).

Maka wanita muslimah yang benar-benar sadar dan mendapat pancaran sinar agama, tidak akan merasa terhina akibat bergaul dengan wanita-wanita shalihah meskipun secara lahiriyah, status sosial clan tingkat materinya tidak setingkat. Yang menjadi patokan adalah substansi kepribadiannya dan bukan penampilan dan kekayaan atau lainnya. “Pergaulan anda dengan orang mulia menjadikan anda termasuk golongan mereka, karenanya janganlah engkau mau bersahabat dengan selain mereka”.

Oleh karena itu datang petunjuk Al Qur’an yang menyerukan hal itu :
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang¬-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan disenja hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”(Al-Kahfi:28)

Footnote:
1.Al Bid’ah, Dr. Ali bin M. Nashir

Maraji :Hilyah tolabul ‘ilmi, Bakr Abdullah Abu Zaed

Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah

Bid’ah dhowabituha wa atsaruhas Sayyisil Ummah,Dr. Ali Muhammad Nashir AlFaqih

Sahsiyah Mar’ah, Dr M.Ali Al Hasyimi

Dikutip dari Buletin Dakwah Al-Atsari, Cileungsi Edisi X Sha’ban 1419 H

Sabtu, 01 Maret 2008

Indahnya Malam Pertama

Indahnya Malam Pertama
Ditulis pada Februari 13, 2008 oleh wahonot

di copy dari
http://wahonot.wordpress.com/2008/02/13/indahnya-malam-pertama/

Satu hal sebagai bahan renungan kita…
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa

Justeru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Mauuut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu…mempelai sangat dimanjakan……

mandipun…harus dimandikan

Seluruh badan kita terbuka….
Tak ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak ada sedikitpun rasa malu…
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan

Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih…
Itulah sosok kita….
Itulah jasad kita waktu itu
Setelah dimandikan…..
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu … jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan

Wewangian ditaburkan ke baju kita…
Bagian kepala..,badan. .., dan kaki diikatkan
Tataplah…. tataplah. ..itulah wajah kita
Keranda pelaminan… langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian…Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga

Serta rasa haru para handai taulan
Akad nikahnya bacaan talkin…
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan yang tlah tiba duluan…

Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan
dan akhirnya…. .
Tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian…
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika langkah - langkah kaki tlah pergi….
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…
Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur…..
Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu….
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan…..
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima…..

Kita sungkan sekali meneteskan air mata…
Seolah barang berharga yang sangat mahal…

Dan Dia Kekasih itu..
Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga…
Tapi….tapi ….sudah pantaskah sikap kita selama ini…
Untuk disebut sebagai ahli syurga ?????????

Wahai Sahabat…mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu
Bukan aku tak setia…
Bukan aku berkhianat.. ..
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo’a…semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga jadi ahli syurga.
Amien….

Bila Wanita Tak Pintar Masak

Bila Wanita Tak Pintar Masak

di copy dari
http://majalah-nikah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=53&Itemid=33

“Sudah mau nikah kok nggak bisa masak,” ledek seorang kakak lelaki kepada adik perempuannya. Si adik yang memang merasa tidak pintar memasak pun tersenyum seraya menjawab, “Ah, ntar juga bisa!”

ImageMemang, sepertinya sudah menjadi kesepakatan umum kalau wanita selayaknya harus bisa masak. Pendapat ini bisa dimaklumi karena salah satu tugas utama wanita setelah menikah adalah memasakkan atau menyajikan makanan untuk keluarganya.
Akan repot tentunya, jika sang ibu tidak pintar masak. Masak nasi saja sering gosong, masak sayur pun keasinan! Kalau terus-terusan begini, suami bisa hobi jajan di luar. Sedih kan, kalau sudah capek-capek masak, eh suami tidak selera makan?

Hal itu tidak boleh dibiarkan berlangsung lama. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan agar suami bisa segera menikmati masakan Anda.

TERUSLAH BERLATIH

Ada pepatah mengatakan, sesungguhnya bisa itu karena biasa. Begitu pula dengan memasak. Jika sejak kecil atau masih gadis seorang wanita rajin membantu ibunya di dapur, insyaallah ia akan lebih mengetahui urusan dapur alias masak-memasak.

Kalau sampai menikah ternyata masih belum pintar masak, maka banyak-banyaklah berlatih untuk memasak menu harian. Menanak nasi pun perlu berlatih, agar tidak gosong atau kurang air (mlethis-Jawa). Demikian juga masak sayur, agar bisa pas di lidah, maka Anda harus belajar mengenal dan meracik bumbu untuk berbagai macam sayur.

Jangan malu untuk banyak bertanya pada orang yang lebih tahu urusan masak. Misalnya ibu, kakak, tetangga, tukang sayur, atau siapa saja. Bertanyalah tentang berbagai resep sederhana pada mereka. Bisa pula Anda mempraktikkan resep masakan yang ada dalam buku atau majalah. Mulailah dari resep yang bahan dan cara membuatnya paling sederhana.

BUANG RASA MALAS

Adakalanya seorang wanita tidak pintar masak karena berawal dari rasa malas. “Mending jajan, beli ‘matengan’, tidak perlu repot-repot.” Memang beli ‘matengan’ adalah cara yang praktis. Tapi kalau begitu terus setiap hari, apakah tidak boros? Kalau masih berdua mungkin belum begitu terasa. Bagaimana kalau anak sudah empat atau lima? Apa iya, masih mau jajan terus?

Memang, untuk memasak kita perlu repot sedikit. Mempersiapkan segala sesuatunya, dari perapian, peralatan sampai bahan, dan nanti kalau sudah selesai harus membersihkan atau membereskan semuanya. Melelahkan, memang. Tapi begitulah tugas ibu rumah tangga. Namun, kelelahan itu akan segera berganti kebanggaan dan kebahagiaan, tatkala seorang ibu melihat suami dan anak-anaknya menyantap masakannya dengan lahap.

Untuk yang belum pintar masak, jangan malas untuk terus berlatih. Setelah terbiasa, nanti akan terbukti bahwa memasak itu bukanlah hal yang sulit.

NIATKAN UNTUK IBADAH

Bukankah Rasulullah n bersabda bahwa jihad seorang wanita adalah di rumahnya? Mengurus rumah tangga, termasuk mengasuh anak dan memasak adalah ladang jihad bagi wanita. Semua tidak akan sia-sia bila dilakukan dengan ikhlas. Jika diniatkan untuk ibadah, insyaallah segala rasa lelah yang kita rasakan akan berbuah pahala.

MASAK BERSAMA

Kadang, seorang suami malah lebih pintar memasak daripada istrinya. Karena itu sekali-sekali perlu diadakan acara "masak bersama". Selain untuk menambah keharmonisan, kegiatan ini juga bisa dijadikan sarana untuk menularkan kepandaian memasak sang suami pada istrinya.

Jika suami tidak pintar masak pun, kegiatan masak bersama tetap asyik dilakukan, karena di situ keduanya akan sama-sama belajar. Walaupun memasak adalah tugas seorang istri, tapi tak ada salahnya bila suami juga belajar masak. Jadi, jika kelak istri sedang berhalangan, misalnya sakit atau melahirkan, sang suami bisa menggantikan posisi sebagai koki rumah tangga untuk sementara.

JANGAN ASAL ENAK

Satu lagi yang perlu diperhatikan oleh para ibu dalam hal masak-memasak. Seringkali untuk "mengakali" rasa yang kurang mantap, ibu kemudian membubuhkan penyedap rasa yang banyak dalam masakan. Padahal, sebagaimana kita ketahui, penyedap rasa kimia (MSG) adalah salah satu zat karsinogenik atau pemicu kanker. Karena itu, kalau bisa sebaiknya dihindari atau diminimalkan penggunaannya.

Demikian juga makanan-makanan instan yang banyak mengandung penyedap rasa, misalnya mi instan, sebaiknya tidak terlalu sering dijadikan menu harian. Produk-produk instan, selain mengandung MSG, kadang juga mengandung zat pengawet dan pewarna, yang juga bersifat karsinogenik.

Tanpa MSG pun, masakan bisa tetap enak, asal bumbunya proporsional. Masak sup atau soto misalnya, tanpa MSG bisa tetap enak dengan menggunakan kaldu asli yang sudah dimasak/dipanaskan cukup lama. Untuk "memantapkan" rasa, bisa dibubuhkan sedikit gula pasir sebelum masakan dihidangkan.

Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan masak-memasak. Masih belum pintar masak? Tak ada kata terlambat untuk terus berlatih.
(ummuna)

MUKJIZAT EMBRIOLOGI DI DALAM AL-QUR’AN


MUKJIZAT EMBRIOLOGI DI DALAM AL-QUR’AN

Ditulis oleh abu salma di/pada Januari 22, 2007

MUKJIZAT EMBRIOLOGI

DI DALAM AL-QUR’AN

dicopy dari
http://abusalma.wordpress.com/2007/01/22/mukjizat-embriologi-di-dalam-al-qur%e2%80%99an/

Allohu Akbar… Maha Besar Alloh, yang telah menciptakan manusia dengan bentuknya yang sempurna, kemudian Alloh anugerahkan mereka dengan kecerdasan dan otak supaya mereka ini mau berpikir akan ciptaan Alloh. Alloh Ta’ala berfirman :

وَفِيْ الأَرْضِ ءَايَاتٌ لِلْمُوْقِنِيْنَ وَفِيْ أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS Adz-Dzaariyat : 20-21)

Al-Imam ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan ayat di atas :

“Alloh Ta’ala berfirman menyeru hamba-hamba-Nya untuk bertafakkur (berfikir) dan mengambil i’tibar (pelajaran) : “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin” yang mencakup bumi itu sendiri dan apa-apa yang ada padanya seperti pegunungan, lautan, sungai, pepohonan dan tetumbuhan, yang menunjukkan orang yang memikirkannya dan merenungkan maknanya, akan keagungan pencipta-Nya, kekuasannya-Nya yang maha luas, kebaikan-Nya yang umum mencakup semuanya dan ilmu-Nya yang mencakup zhahir dan bathin. Demikian pula, bahwa di dalam diri seorang hamba itu ada pelajaran, hikmah dan rahmat yang menunjukkan bahwa Alloh itu maha tunggal al-Ahad…” [Taysir Karimir Rahman, tafsir surat adz-Dzariyat, juz 29, hal. 809).

Manusia zaman dahulu tidak mengetahui bahwa mereka mengalami perkembangan di dalam perut (uterus ibnu mereka) hingga akhirnya sains modern menguaknya. Ilustrasi pertama yang diketahui tentang sebuah janin digambar oleh Leonardo Da Vinci pada abad ke-15. Pada abad ke-2 Masehi, Galen menggambarkan Plasenta dan membran fetal di bukunya yang berjudul ‘On the Formation of the Fetus’. Mungkin, karena inilah para dokter pada abad ke-7 M kemungkinan besar telah mengetahui bahwa embrio manusia berkembang di dalam uterus, namun tetap saja tidak mungkin mereka mengetahui bahwa embrio tersebut berkembang secara bertahap, walaupun Aristoteles telah menggambarkan tahap-tahap perkembangan embrio ayam pada abad ke-4 sebelum masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia berkembang secara bertahap tidak dibahas dan diilustrasikan sampai abad ke-15.

Baru setelah Mikroskop ditemukan pada abad ke-17 oleh Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam dibuat, namun pengetahuan akan perkembangan embriologi manusia tidaklah diketahui secara mendetail melainkan setelah abad ke-20 setelah Streeter (1941) mengembangkan sistem pertama kali tentang tahap perkembangan embrio yang kemudian digantikan oleh sistem yang lebih akurat yang dikemukakan oleh O’Rahilly (1972).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menjelaskan perkembangan embrio ini secara mendetail 14 abad yang lalu, dimana pada zaman itu mikroskop, USG dan semisalnya belum ditemukan. Alloh Ta’ala berfirman :

يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ

“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS az-Zumar : 6)

Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini : “yaitu Alloh menciptakan kalian thur ba’da thur (tahap demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana tidak ada tangan satu makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan Dia-lah Alloh yang memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut (perut ibu, uterus), “dalam tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu masyimah].

Sains modern menjelaskan bahwa tahapan perkembangan embrio di dalam uterus memang terjadi secara bertahap, bentuk demi bentuk. Dan sains modern menjelaskan bahwa janin manusia berada pada tiga lapisan, yaitu :

1.

Dinding anterior abdomen
2.

Dinding uterus
3.

Membran Amniochorionic (lihat Gambar 1)


gambar1.jpg

(Gambar 1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis (tulang kelamin) wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan tersebut adalah : (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3) Membran Amniochorionic.)

Penafsiran di atas tidak menyelisihi penjelasan sains modern, dimana “tiga kegelapan” tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sa’di adalah sama dengan yang disebutkan di dalam sains modern.

Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, karena rahim yang dimaksud adalah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni) identik dengan membran amnichorionic.



Alloh Ta’ala berfirman :

ثُمَّ جَعَلْنَا نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS Al-Mu’minun : 13)

Syaikh as-Sa’di rahimahullahu berkata : “Nuthfah adalah sesuatu yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan kemudian menetap di “tempat yang kokoh” yaitu rahim, yang memeliharanya dari rusak, cedera dan selainnya.”

Sesuatu yang keluar dari sulbi laki-laki adalah spermatozoa dan yang keluar dari wanita adalah ovum. Lantas keduanya bercampur sebagaimana dalam firman Alloh Ta’ala :

إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ أَمْشَاجٍ

“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)

Campuran keduanya ini membentuk zigot yang membelah diri membentuk blastocyst yang tertanam secara kuat di uterus (tempat yang kokoh). (Gambar 2)

gambar2.jpg

Gambar 2 : Blastocyst yang tertanam dalam uterus



Kemudian Alloh Ta’ala berfirman :

ثُمَّ خَلَقْنَا النُطْفَةَ عَلَقَةً

“Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh” (QS Al-Mu’minun : 14)

Kata ‘Alaqoh dari sisi bahasa Arab bermakna 3, yaitu :

1.

Bermakna lintah.
2.

Bermakna sesuatu yang tergantung.
3.

Bermakna segumpal darah.

Dan maha suci Alloh, ternyata tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqoh ini tidak ada yang menyelisihi fakta saintifik modern sedikitpun.

‘Alaqoh bermakna sebagai lintah, Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia juga memperoleh darah dari “endometrium deciduas” saat hamil. Hal ini sangat luar biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai seekor lintah (Gambar 3). Selama mikroskop dan lensa belum ditemukan pada abad ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia memiliki penampakan seperti lintah.

Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqoh, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan (Gambar 3).

gambar3.jpg

Gambar 3 : Atas, sebuah gambar dari lintah. Bawah, sebuah gambar dari embrio berusia 24 hari. Perhatikan penampakan seperti lintah pada embrio manusia dalam tahap ini.



Arti kedua, ‘alaqoh adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah.

Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal ini signifikan untuk mengamati sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah dikenal, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah. Ketiga deskripsi tersebut secara mengagumkan disodorkan oleh satu kata ‘alaqoh dalam Qur’an. Maha suci Alloh.



Alloh Ta’ala berfirman :

ثُمَّ خَلَقْنَا العَلَقَةً مُضْغَةً

“Kemudian ‘alaqoh itu kami jadikan mudhghoh” (QS Al-Mu’minun : 14)

Kata Mudghah bisa bermakna “segumpal daging” dan bisa juga bermakna “sesuatu yang dikunyah”. Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti gumpalan daging atau sesuatu yang dikunyah (gambar 4). Penampakan seperti bekas kunyahan menunjukkan somit yang menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae (bakal tulang belakang)

gambar4.jpg

Gambar 4. Kiri, model plastik embrio manusia yang memiliki penampakan gumpalan daging. Kanan, sebuah gambar embrio berusia 28 hari yang menunjukkan beberapa somit seperti manik-manik yang menyerupai tanda gigi pada pada model yang ditunjukkan di kiri.



Allah Ta’ala berfirman :

فَخَلَقْنَا المُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا العِظَامَ لحَمْاً

“Kemudian kami jadikan mudghoh itu ‘idhoman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot)” (QS Al-Mu’minun : 14)

Ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh, tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal somatik.



Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ

“Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain” (QS Al-Mu’minun : 14)

Ayat di atas mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan bentukan/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu pada manusia yang masih berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang berbentuk lain. Maha Suci Alloh, Pencipta yang paling baik.



Allah Ta’ala berfirman :

وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ

“dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)” (QS an-Nahl : 78)

Ayat di atas mengindikasikan bahwa indera khusus seperti pendengaran, pengelihatan dan peraba berkembang pada tahap ini, adalah benar. Primordia (bakal) telinga internal nampak sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.



Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ

“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)

Penggalan ayat di atas mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya) dan jaringan yang tak berdiferensiasi (tidak sempurna). Sebagai contoh, ketika tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah yang tak terbantahkan.



Allah Ta’ala berfirman :

لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

“Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)

Penggalan ayat di atas menyatakan bahwa Alloh telah menetapkan dan menentukan embrio di dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan). Hal ini juga diketahui secara jelas bahwa banyak embrio gagal berkembang selama bulan pertama perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot yang terbentuk, berkembang menjadi fetus yang selamat hingga kelahiran.

Di dalam buku “Developing Human”, DR. Moore menyatakan bahwa klasifikasi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang telah diadopsi hampir di seluruh dunia, adalah pengkasifikasian yang terlalu rumit dan tidak komprehensif. Klasifikasi modern di atas tidak memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai tahapan perkembangan embrionik secara mudah dan jelas, karena tahap-tahap tersebut berdasarkan bentuk numerik, yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst. Pembelahan yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an tidaklah bergantung pada sistem numerik. Lebih jauh, klasifikasi perkembangan embrio yang terdapat di al-Qur’an berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk (morfologi) dan ukuran yang lebih akurat, mudah difahami dan jelas.

Al-Qur’an mengeidentifikasikan tahapan perkembangan prenatal sebagai berikut:

*

Nuthfah, yang berarti “setetes” atau “sejumlah kecil air”
*

‘Alaqoh yang berarti “struktur seperti lintah”, “segumpal daging” atau “sesuatu yang tergantung”.
*

Mudghah yang berarti “struktur bekas kunyahan” atau “segumpal daging”
*

‘Idhaam yang berarti “tulang” atau “rangka”
*

Kisaa al-‘Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot.
*

An-Nasy’a yang berarti “formasi/pembentukan fetus yang sudah jelas”

Prof Moore telah menjelaskan bahwa pembelahan versi Qur’an ini benar-benar berdasarkan pada fase yang berbeda pada perkembangan prenatal. Beliau telah menggarisbawahi bahwa deskripsi saintifis yang elegan ini lebih komprehensif dan praktis. Dan seharusnya para saintis modern menjadikan dasar klasifikasi perkembangan embriologi di dalam Al-Qur’an ini sebagai dasar klasifikasi yang dipegang, karena lebih mudah difahami, akurat dan saintifis.

Dari paparan di atas, apakah mungkin Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam ini adalah kitab suci yang diada-adakan oleh beliau sebagaimana tuduhan kaum kuffar dan atheis? Bagi orang-orang yang mempergunakan akal sehatnya tentu akan mengatakan, “Maha Suci Alloh, sesungguhnya ini semua berasal dari sisi-Mu.”